Aku Takut Berpisah – Komunikasi adalah Cara Mengatasi Anak Masuk Sekolah

Foto Ibu dan Anak via pixabay.com

“Aduh, takut berpisah…”

Pernah merasa begini? Takut untuk pisah sama seseorang pada waktu-waktu tertentu? Pernah mengalami? Pasti pernah ya. Minimal dulu waktu pertama kali masuk sekolah, takut pisah sama Ibu. Atau mungkin kejadian tersebut terulang kembali pada anak-anak kita yang baru saja memulai sekolah? Nah, hal ini dinamakan separation anxiety atau terjemahan bebasnya adalah suatu kecemasan yang timbul pada saat terjadinya perpisahan. Terutama sekali yang saya maksudkan disini, biasanya terjadi pada anak-anak usia dini yang baru saja memulai sekolah. Namun ini hanya satu dari banyak contoh kasus kecemasan yang banyak terjadi.

Kenapa sih bisa terjadi kecemasan ini? Hal ini dikarenakan individu memiliki keterkaitan atau ketergantungan emosi yang kuat terhadap individu lain. Anak-anak yang setiap hari berada di rumah bersama sosok ibu, misalnya. Sehingga saat memulai sekolah anak akan bereaksi berlebihan ketika diminta masuk kelas tanpa Ibu. Ini dinilai sebagai reaksi yang wajar karena anak bersentuhan dengan lingkungan baru yang belum dikenalnya. Anak-anak akan merasa panik, dan menangis menghadapi perpisahan ini.

Pengalaman seminggu menyekolahkan anak kemarin ini, saya pun masih clueless. Sebenarnya harus bagaimana menghadapi reaksi anak yang seperti ini ya? Karena kita sebagai orang tua juga diharapkan mampu mendorong anak sehingga bisa mandiri. Kadang kala rasa “ah, gak tega” atau rasa bersalah muncul. Ya, manusiawi. Tapi harus move on dong yaLalu bagaimana? Sekali lagi, proses memang tidak bisa cepat. Beberapa hal yang saya baca dan coba saya share disini adalah:

  1. Bicara pada anak. Sebisa mungkin, selalu beritahu anak mengenai kegiatan yang akan dikerjakan. Mengenai sekolah, mengenai rencana antar jemput, mengenai lingkungan barunya. Kompromikan semua hal pada anak.
  2. Dampingi pada masa awal. Adaptasi tentu saja hal yang tidak mudah. Jika mungkin, Anda menemaninya selama beberapa hari.
  3. Dekatkan anak pada lingkungan sekolahnya. Pada guru-guru dan teman-teman sepermainannya. Ini penting untuk menguatkan kepercayaan pada lingkungan baru yang asing.
  4. Dekatkan diri Anda pula pada lingkungan sekolah anak. Selain anak, kita sebagai orang tua juga wajib kenal seluk beluk sekolah anak. Siapa saja guru-guru dan teman-temannya. Menurut saya pribadi, apabila anak melihat kita dekat dengan guru dan temannya, maka otomatis anak pun akan merasa nyaman bergaul.
  5. Tepati janji. Jam berapa Anda akan menjemput, apakah Anda akan terlambat, apa saja yang perlu dibawakan. Jangan berbohong, karena akan mencederai kepercayaan anak pada Anda dan lingkungannya.

Segala sesuatunya kembali lagi pada komunikasi awal antara orang tua dan anak di rumah. Biasanya anak akan mudah untuk diberi pengertian ketika sudah terbiasa bericara dua arah dengan orang tuanya.

Pengalaman sekolah ini juga membuka banyak pembicaraan baru dengan anak-anak. Di rumah, ketika menjelang tidur siang misalnya, Anda bisa bertanya apa saja kegiatan yang dilakukan di sekolah. Minta anak menceritakan kesan dan perasaannya terhadap kegiatan tersebut, terhadap teman dan gurunya. Dan Anda bisa menyisipkan pesan bahwa sekolah itu tempat yang menyenangkan karena guru dan temannya menyenangkan, sehingga menjelang sekolah esok hari Anak sudah siap.

Pada akhirnya, mari kita bangun komunikasi yang baik kepada anak agar perasaan “Takut berpisah” saat akan menyekolahkan anak bisa berkurang dan tentu saja hal itu membuat anak merasa senang semasa transisi bersekolah itu.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY