Ketika Anak Menolak Sekolah

Sad kid via pixabay.com

GULANGGULING.COM | Parenting – Masa liburan sudah berakhir, waktunya kembali bersekolah untuk anak-anak kita. Banyak anak yang menantikan kembali bertemu dengan teman dan bermain di sekolah. Tapi tidak jarang juga biasanya ada saja kejadian-kejadian seperti mogok masuk pada anak.

Tidak hanya ketika menjelang liburan berakhir, seorang kawan menyebutkan bahwa anaknya tidak lagi mau bersekolah seperti biasanya. Kenapa ya, anak-anak menolak untuk sekolah? Perilaku menolak sekolah atau phobia sekolah disebut juga school refusal. School refusal atau perilaku menolak sekolah adalah gangguan dari seorang anak yang menolak untuk pergi ke sekolah secara teratur atau memiliki masalah tinggal di sekolah.

Menurut Anxiety Disorders Associaton of America mogok sekolah sering kali berakar dari gangguan kecemasan. Masalah-masalah ini bisa mempengaruhi 5%-28% anak usia 5-6 tahun dan anak usia 10-11 tahun. Seringkali terjadi pada awal tahun ajaran baru, setelah liburan yang panjang, pindah ke sekolah baru atau jenjang yang baru, kehilangan orang terdekat, atau baru pulih dari sakit yang cukup lama menjadi pemicu mogok sekolah. 

Alasan mogok sekolah bisa bervariasi pada setiap anak, demikian pula akibat yang ditimbulkannya. National Associaton of School Psychologist (NASP) menunjukkan beberapa alasan paling umum yang berhubungan dengan kecemasan anak:

  1. Separation Anxiety (kecemasan untuk berpisah). Anak yang mengalami separation anxiety merasa khawatir terhadap apa yang akan terjadi pada orang tuanya bila ia terpisah dengannya. Ini sering menjadi alasan anak-anak pada usia yang lebih muda ketika menolak masuk sekolah. Mereka mungkin menampilkan gejala tantrum sebelum dan saat diantar ke sekolah.
  2. Performance Anxiety (kecemasan untuk tampil). Hal ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia SD atau SMP yang mogok sekolah karena cemas tidak bisa mendapat nilai baik saat menghadapi tes atau harus tampil di depan kelas.
  3. Social Anxiety (kecemasan sosial). Anak-anak yang mengalami social anxiety biasanya mengalami kesulitan ketika menghadapi situasi sosial dan khawatir tentang cara berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.
  4. Generalized Anxiety (kecemasan umum). Anak-anak yang mengalami generalized anxiety sering kali merasa takut pada peristiwa yang mungkin terjadi dan bisa membahayakan menurut mereka. Misalnya, ia khawatir akan terjadi gempa bumi atau hujan badai dan banjir.

Hal-hal yang sudah disebutkan tadi hanyalah beberapa alasan umum, namun biasanya penyebabnya berbeda dan spesifik pada setiap anak. Biasanya orang tua akan panik dan “memaksa” anak, atau terus menerus bertanya pada anak mengapa ia tidak mau sekolah. Ditakutkan hal ini akan membuat anak justru semakin tertutup dan menolak membicarakan akar masalahnya. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada anak antara lain:

  1. Melatih anak melakukan relaksasi untuk mengurangi ketegangan dan kecemasannya
  2. Melatih secara bertahap anak untuk menghadapi kecemasannya dan memberikannya ‘reinforcement’ (seperti pelukan, mainan, pujian) setiap kali si anak berhasil menghadapi situasi yang dikhawatirkannya
  3. Melatih cara berpikir anak dalam melihat situasi atau keadaan yang mengkhawatirkannya
  4. Membantu anak menemukan keterampilan yang baru yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan harga dirinya.

Ada baiknya  kita sebagai orang tua memberikan waktu untuk anak, sambil didekati dengan perlahan untuk mengetahui akar masalah yang sebenarnya. Selain itu, orang tua bisa mengkomunikasikan persoalan ini dengan pihak lain yang sekiranya dapat membantu, seperti pihak sekolah atau konsultan anak.

Baca juga beberapa artikel soal anak:

Sumber:
http://www.adaa.org/living-with-anxiety/children/school-refusal
http://www.parenting.co.id/usia-sekolah/alasan+anak+mogok+sekolah
http://www.sorasirulo. com/2015/07/27/anak-menolak-sekolah/

LEAVE A REPLY