Hari ini Minggu, Seperti halnya para pekerja lainnya kalau tidak ada jadwal jalan/keluar saya juga hanya menikmati sisa akhir pekan atau melakukan kegiatan-kegiatan dirumah. Rumah saya tidak besar, sederhana saja tapi alhamdulillah saya punya keluarga yang lebih dari menggembirakan. Di komplek saya tinggal memang terkenal sepi, dilingkungan rumah saya saja banyak terdapat rumah yang tak berpenghuni entah itu dijual ataupun dikontrakan. Walaupun sepi saya senang dengan lingkungannya, terkadang ada orang lewat menjajakan makanan ataupun barang2 rumah tangga, terkadang ada juga para pemulung barang rongsokan membuat komplek ini sedikit ramai.
Sore itu tiba tiba ada seorang nenek nenek yang singgah kerumah untuk menawarkan barang yang dibawaanya, memang terkadang setiap sore ada ibu-ibu atau nenek-nenek dengan berjalan kaki yang mampir kerumah-rumah hanya untuk menawarkan barang yang dibawanya. Barang bawaannya tak lebih dari sebuah barang yang mungkin bukan penghuni inginkan, bukan barang mewah atau barang bagus, terkadang mereka hanya membawah seplastik kacang rebus atau seikat rambutan.
Sore itu si nenek menawarkan seplastik rambutan. Beliau masuk kepekarangan rumah sampai tepat depan pintu rumah saya, waktu itu sambil duduk dan dengan nafas yang terengah-engah mungkin karna lelah berjalan berkata padaku “Mas beli rambutan saya” kira kira begitu. Kebetulan hari itu saya sedang tidak ingin memakan rambutan, saya tanya istri dan adik saya pun tidak berminat dengan rambutan. Lalu mau tidak mau saya mencoba menolak tawaran si nenek tadi ” Maaf mbah, saya tidak menginginkannya”, Setelah nenek itu mendengar jawaban saya beliau tidak lantas pergi, malah beliau berkata “Coba mas, ini murah” sambil membuka plastik rambutan tersebut dan meyakinkan padaku, entah kenapa saya merasa tak tega mendengar kalimat selanjutnya, si nenek berkata, “Mas beli ini satu plastik wolungatus (Delapan ratus rupiah)”, dag dig dug… jaman sekarang ini uang dibawah seribu mungkin sudah tidak cukup berarti tapi si nenek ini menjual seplastik rambutannya 800 rupiah, oh god….betapa terenyuh aku mendengarnya.
Si nenek itu hanya berharap aku membelinya walaupun dengan uang 800 rupiah, saat itu saya tidak tau berapa pasaran rambutan sebenarnya dan saya tak mau mencari tau berapa itu setelah melihat seorang nenek tua berjalan dengan langkahnya yang mungkin tak lagi tegap menawarkan seplastik rambutan seharga tersebut. Saya tak pikir panjang lagi, saya putuskan untuk membelinya dengan maksud yang lebih baik tentunya, saya ambil uangnya dan tak lupa menyelipkan beberapa untuk sekedar memberi kehidupan untuk si nenek.
Saya hanya berfikir mungkin kita yang sudah tercukupi terkadang lupa akan menyedekahi orang orang seperti beliau, mungkin kita tak terlalu memikirkan besaran uang yang kita beri itu tetapi itu akan sangat berarti bagi mereka yang menerimanya. Semoga kita termasuk orang yang senang berbagi kebahagian kepada orang lain. Amin amin amin…
Sebelum saya akhiri cerita ini ada sedikit kutipan: “bapak-bapak dan ibu-ibu tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, bapak-bapak dan ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap“