Apa Itu Depresi Post Partum?

Ibu dan bayi via pixabay.com

GULANGGULING.COM | Parenting – Belum lama berselang, media nasional tengah digegerkan dengan aksi pembunuhan yang dilakukan seorang ibu terhadap anak kandungnya yang berusia 1 tahun. Gegerlah publik, dan hujatan demi hujatan pun meluncur. “Kok bisa?” begitulah yang ada di pikiran hampir setiap orang yang mendengar kabar ini.

Lepas dari kemudian hukum apa yang nantinya akan diganjarkan pada pelaku, lihatlah beberapa kasus serupa yang pernah juga terjadi di Indonesia. Kasus-kasus ibu yang tega menghabisi nyawa buah hatinya sendiri. Mengapa bisa begitu? Tindakan ini bisa saja dipengaruhi salah satunya oleh faktor depresi. Depresi apa? Kenapa depresi?

Dikutip dari Dunia Sehat, depresi adalah kondisi dimana seseorang merasa lebih dari sekedar sedih, “blues” atau kesedihan yang berlarut-larut hingga selama beberapa hari. Depresi setelah melahirkan disebut depresi post partum (post partum depression).

Bukankah kelahiran seorang anak adalah kebahagiaan? Kok bisa menyebabkan depresi? Memang kelahiran buah hati biasanya membawa kebahagiaan, namun juga jangan lupa, lahirnya si buah hati juga membawa perubahan besar bagi orang tua, khususnya pada ibu. Meskipun terlihat sepele, nyatanya wanita yang baru saja melahirkan sangat rentan terhadap gangguan emosi. Faktor hormonal dan kelelahan selama dan setelah kehamilan dapat menimbulkan gejala menyerupai gejala depresi seperti merasa tertekan, takut, sedih, khawatir dan kalut.

Jenis-jenis depresi post partum via Puyi Santika
Jenis-jenis depresi post partum via Puyi Santika

Lebih jelas lagi, ada 3 jenis gangguan kesehatan jiwa ibu setelah melahirkan. Berikut adalah uraiannya:

1. Baby Blues Syndrome

Baby blues syndrome adalah gangguan psikologis berupa perasaan sedih, cemas dan emosi yang tidak stabil, yang dialami sekitar 50- 80% wanita setelah melahirkan khususnya bayi pertama. Biasanya terjadi pada 2 minggu pertama setelah melahirkan.

Sampai saat ini masih belum jelas terungkap penyebab baby blues syndrome. Tetapi beberapa ahli menduga baby blues syndrome terjadi karena tubuh si ibu sedang mengalami perubahan secara fisik dan hormon-hormon dalam tubuh juga mengalami perubahan-perubahan yang besar, ditambah kelelahan yang baru dialami saat melahirkan dapat membuat ibu tidak tenang. Perubahan fisik seperti payudara yang membengkak, rasa sakit paska melahirkan dan rasa sakit didalam rahim ikut memicu terjadinya baby blues.

Tanda dan gejala baby blues syndrome:

  • Rasa sedih yang mengganggu perasaan ibu dan menyebabkan ibu sering menangis
  • Emosi tak menentu, mudah marah kerap tersinggung dan kerap kehilangan kesabaran
  • Cepat lelah dan mengalami pusing kepala
  • Tidak percaya diri
  • Cemas berlebihan, merasa bersalah, dan tidak berharga
  • Tidak peduli kepada si bayi

Baby blues syndrome tidak mengganggu kemampuan seorang ibu untuk merawat bayinya. Jika baby blues syndrome dialami lebih dari 2 minggu itu berarti ibu sudah memerlukan bantuan dan dukungan dari orang lain.

2. Depresi Post Partum

Pengertian depresi menurut Kaplan dan Sadock (1998), adalah suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

Depresi post partum adalah perubahan mood ibu yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari/4minggu. Dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 tahun setelah melahirkan. Kondisi ini terjadi pada sekitar 10% -20% dari perempuan, biasanya dialami setelah beberapa bulan melahirkan.

Meskipun penyebab pasti terjadinya depresi post partum belum diketahui, namun faktor hormonal secara unik dipercaya dapat memicu depresi pada wanita. Hormon dapat mempengaruhi lingkungan kimiawi otak pada regio otak yang mengatur kejiwaan dan perasaan secara langsung. Wanita memiliki resiko tinggi depresi di beberapa waktu seperti saat pubertas, selama dan setelah kehamilan dan selama masa perimenopause. Beberapa wanita juga rentan depresi ketika menstruasi.

Tanda dan gejala depresi post partum:

  • Merasa labil atau lelah
  • Merasa sedih, putus asa, atau kewalahan tanpa penyebab yang jelas
  • Sering menangis tanpa sebab
  • Tidak memiliki tenaga atau motivasi
  • Terlalu banyak makan atau sebaliknya tidak nafsu makan
  • Terlalu banyak tidur atau sebaliknya sulit tidur
  • Sulit fokus, berkonsentrasi atau membuat keputusan
  • Memiliki masalah mengingat
  • Merasa tidak berharga dan berdosa
  • Kehilangan semangat, kegemaran atau tidak bisa menikmati aktivitas yang sebelumnya disukai
  • Menarik diri dari lingkungan keluarga dan sahabat
  • Mengalami keluhan sakit kepala, nyeri, pegal linu, atau gangguan pencernaan yang tidak kunjung sembuh
  • Sering berpikiran untuk bunuh diri atau membunuh bayinya

Depresi post partum mengganggu kemampuan seorang ibu untuk merawat bayinya. Segera cari bantuan dokter/psikolog ketika ibu memiliki gejala berikut ini:

  • keinginan untuk menyakiti bayi
  • keinginan untuk menyakiti diri sendiri
  • tidak tertarik kepada bayi

3. Psikosis Post Partum

Psikosis post partum adalah gangguan post partum yang paling serius. Hal ini membutuhkan perawatan segera. Seorang ibu dengan kondisi ini mengalami gejala psikotik dalam waktu tiga minggu pasca melahirkan. Ini termasuk keyakinan salah (delusi), halusinasi (melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada), atau keduanya. Kondisi ini jarang terjadi dan hanya terjadi pada 1 – 4 dari 1000 kelahiran. Kasus berat ini harus segera ditangani di rumah sakit.
Tanda dan gejala ibu yang mengalami psikosis post partum:

  • halusinasi, ibu seperti melihat atau mendengar sesuatu padahal tidak ada
  • merasa kebingungan
  • perubahan perasaan begitu cepat
  • ibu mencoba untuk menyakiti diri atau bayi

Nah, dengan mengetahui adanya kemungkinan depresi post partum atau depresi pasca melahirkan, cara yang paling mudah adalah dengan memberikan dukungan pada ibu baru. Perasaan depresi ini bisa hadir sewaktu-waktu dari ringan hingga berat. Namun, depresi bisa diobati dengan terapi bicara dan pengobatan lainnya.

Pada intinya, dukungan terhadap ibu baru sangatlah dibutuhkan untuk kesehatan (mental) ibu dan bayi. Khususnya dukungan suami, cukup dengarkan uneg-uneg, atau apapun yang ingin disampaikan istri, itu sudah cukup membantu. Jangan sampai ibu merasa sendirian, keep the communication right.

Sekian informasi yang bisa kami bagikan. Semoga bermanfaat. Salam sehat!

Sumber: Dunia sehat, Annisaqodri

1 COMMENT

LEAVE A REPLY