Antara Sosial, Berbagi dan lainnya

Kejadian akhir akhir ini di sosial media membuat saya tertarik menulis sebuah opini. Selayaknya sebuah opini, ini saya tulis mungkin subjektif, mungkin tak imbang, atau tidak mendasar, pokoke sak senengku.

Memang benar jika era sosial media sangat mendongkrak kebebasan berbicara yang awalnya hanya di usung era reformasi, di sosial media para pengguna dengan bebas bersuara tanpa ada aturan khusus. Tanpa aturan khusus ini terkadang jadi sangat kelewatan atau tak terbendung. Sudah berapa banyak kasus atau berita yang muncul karna kelakuan para pengguna sosmed. Sebut saja yang baru ini di Jogjakarta, kasus Florence yang meluapkan emosinya di akun Path, luapan emosi yang tak semestinya digeneralisir secara luas kpd masyarakat jogja itu membuat warga atau yang mengaku warga jogja marah dan mulai memBully di media sosial. Kasuspun berbuntut panjang hingga kepihak berwenang, bahkan menyangkutkan civitas akademik mbak itu. Lalu masih ingatkah kasus mbak mbak jakarta yang tak mau berbagi kursi duduk dengan ibu ibu hamil? Hmm kasus itu sempat jadi buah sosmed yang heboh. Dan saya yakin masih banyak kasus sederhana lain yang mencuat hanya karna status atau sesuatu yang dibagikan pengguna di media sosial.

Tapi pernahkah anda merasa jika apa yang mereka/pengguna bagikan di sosial media itu merupakan cerminan penggunanya? Mungkin iya tapi mungkin juga tidak. Tergantung cara memposisikan pemilik akun itu. Ada pemilik yang memang menjadikan tempat curhat, ada pula yang hanya sekedar iseng, atau bisa juga jadi tempat cari uang. Semua tergantung cara pemilik akun tersebut, iyo ora bero?

Biasanya beberapa begini:
Beberapa pengguna cenderung lebih suka untuk membagi sesuatu yg terjadi padanya di sosial media, seperti publish lokasi, pra atau pasca melakukan aktivitas, membaca sebuah tautan, mendengarkan musik, membully, mengomentari, protes, berbagi foto dan banyak lagi.

Beberapa pengguna merasa lebih senang jika ada yang “menyenangi” yang mereka post ataupun ada yang memberi komentar.

Beberapa pengguna tidak mau kalah dengan pengguna lainnya. Karna beberapa pengguna mengaku paling update jika sudah bermain di sosial media.

Bahkan konon penolakan pertemanan di sosial media itu lebih menyakitkan daripada di dunia nyata, edan tho?

Sebuah statement yang menarik perhatian saya adalah

Sekarang itu susah membedakan antara Pamer atau Berbagi

Kalau pamer jelas gak baik ya konotasinya, karna mengarah kesombong. Tapi kalau berbagi ini perlu apresiasi, tapi era sosmed dan kebebasan ini kadang membuat para pengguna lain yang membaca malah berfikir sebaliknya. Kadang malah menyinggung perasaan mereka, bahkan menaikan tingkat kegengsian seperti tak mau berkomentar, atau hanya mau menekan tombol like, atau bahkan hide post. Hmm pernah? 😀  kadang hal itu bisa terjadi.

Memang ber-sosial media perlu kedewasaan dalam menerima, menyukai atau mengomentari sesuatu yang anda baca. Tak perlu skeptis terhadap apa yang orang lain bagikan, jangan cepat berfikir negatif, menerima jika yang anda liat lebih baik dari yang anda miliki. Dan menurut saya, pada dasarnya sosial media seharusnya jadi tempat yang menghibur dan tidak perlu dipikir terlalu serius. hmmm inilah dunia sosial sekarang, dimana dunia maya jadi bagian dari kehidupan bagi sebagian orang.

Kamu gimana?

LEAVE A REPLY